Camp 2014 - BODY IMAGE SESSION

Halo kawan-kawan! Permasalahan berdamai dengan tubuh akhir-akhir ini sepertinya menjadi topik yang hangat ya teman-teman? Gimana dong, mau berdamai, tapi ga suka, tidak merasa memiliki. Seperti ada orang lain mencintai kita dengan berapi-api tapi kita tidak ada hati dengan orang itu... ( Halah! )

Bulan Agustus 2014 lalu, Transhition ID pernah ngadain Transmen Camp 2014. Salah satu materi disana adalah Body Image yang membahas tentang masalah-masalah yang terkait dengan tubuh dan cara berdamainya. Pengisi materi Body Image saat itu adalah kak Tia Setyani.

Sesi materi dimulai dengan membahas bahwa tentang percaya diri (self confidence) dan ketidaksukaan pada tubuh (body dysphoria). Setelah mendengar pendapat dari teman-teman mengenai disforia mereka masing-masing, Kak Tia juga menjelaskan bahwa dirinya sendiri pun punya ketidakpercayadirian dan ketidaksukaan pada bagian tubuh tertentu.

Kak Tia mengingatkan bahwa ternyata yang mengalami disforia tubuh bukan hanya teman-teman Transmen saja lho! Seperti contoh kecil disforia adalah kalau muka kita berjerawat, beberapa pasti langsung kelimpungan untuk mencari sabun muka yang paling ampuh atau sesegera mungkin pergi ke dokter.

Berikutnya, teman-teman diajak berdiskusi tentang stereotip maskulin dan feminim yang dikenakan pada laki-laki dan perempuan pada masyarakat. Ternyata eh ternyata, gender stereotip yang sering kita denger semacam "laki-laki harus bisa berantem" atau "perempuan harus bisa masak" itu merupakan buah dari konstruksi sosial lho! gambaran laki-laki yang identik dengan kekuatan merupakan awal dari terciptanya stereotip terhadap suatu gender.

Stereotip gender inilah yang menyebabkan teman-teman menjalani hidup sebagai Transmen, mengalami disforia. Teman-teman Transmen dalam masyarakat sering kali mendapat perlakuan diskriminasi seperti sengaja dipanggil dengan panggilan perempuan, karena masih banyak masyarakat yang menilai bahwa kalau tidak terlahir dengan penis, tidak berkumis, suara lembut, dan masih ber payudara, berarti Transmen tetap saja bukan laki-laki. Sedih yaaa...

Setelah berdiskusi dan pemberian materi, Kak Tia mengajak teman-teman Transmen untuk meditasi sebentar. Dengan dupa (Lio) yang dinyalakan ditambah dengan musik instriumen yang sering diigunakan untuk meditasi, rangkaian meditasi pun dimulai.



Untuk Transmen, belajar mengenai tubuh itu penting lho kawan-kawan. Seperti diingatkan soal kelamin kita? Bukan! Di body image ini, kita dilatih untuk berdamai dengan tubuh. Berterimakasih kepada tubuh yang suka ga suka, merupakan media kita untuk hidup sampai detik ini. Apapun keputusan dan tindakan yang akan kamu lakukan mengenai tubuh, jangan sampai tidak kamu dialog kan dengan tubuhmu mengenai sebab akibat, aksi konsekuensi, dan segala bentuk apa yang akan kamu hadapi di depan sana.

Sesi P

ini dia teman kita, Abhi, dengan makna "Berdamai dengan Tubuh" baginya
""berdamai dengan tubuh" versi gue: saat gue mulai memutuskan buat ngajak tubuh gue bertransisi. Dari situ gue mulai sayang sama badan gue sendiri, Merhatiin sekecil apapun perubahan yang ada.
Kalo ga punya micropenis gue ga bakalan care sama selangkangan gue.
how about you?"

Kalo ini "Berdamai dengan Tubuh" versi Abri
"Berdamai dengan tubuh versi saya :
Berterimakasih pada tubuh yang sudah menjadi tumpangan hidup saya sampai saat ini. Mengalami disforia dan transisi jati diri bersama. Berdamai dengan tubuh bagi saya adalah dialog jiwa dengan tubuh tentang apa yang saya sukai dari bagian tubuh dan apa bagian tubuh yang membebani saya. Berdialog tentang strategi dan langkah-langkah ke depan dengan melihat segala sebab akibat serta aksi dan konsekuensi untuk tubuh (fisik) dan jiwa (psikis) saya.
How about you?"

Ini pendapat Adhit mengenai "Berdamai dengan Tubuh"
"Berdamai dengan tubuh versi saya..
Menikmati hampir setiap jengkal apapun yang masih ada dalam tubuh ini. Mencoba berinteraksi dengan tubuh ini agar seiring sejalan, menikmati masa2 bertransisi, memperhatikan setiap perubahan yang terjadi dalam bentuk apapun, menciptakan rasa respek pada diri sendiri terutama tubuh ini. Kalo bukan kita yang respek sama diri sendiri gimana orang lain bakal respek sama kita?
Tetap mencintai dan bersahabat dengan tubuh ini agar setelah selesai segala kondisi medis yang diperlukan tubuh ini bisa berselaras secara baik.
How about you?"

Kali ini ada "Berdamai dengan Tubuh" versinya Sam dari Samarinda nih!
"Berdamai versi aku... Hmmm,
1. Bersyukur bahwa aku menjadi seseorang yang cukup beruntung dan terus menguprade diri secara fisik.
2. Berbicara pada diri sendiri untuk bersabar akan prosesnya dan menjanjikan perubahan ke arah yg lebih baik dan positif.
3. Mengajak kompromi agar tubuhku cukup kuat untuk menolong diriku sendiri dan orang2 disekitarku. Ini adalah cara aku mengasihi dan mencintai diriku yaitu membuat keberadaanku berguna bagi orang banyak bukan untuk diriku sendiri.
4. Menikmati apapun yg masih kunikmati dan yg sisanya, ubah semampuku.
5. Membuat skala prioritas dalam kebutuhan pribadiku.
Salam pup, # #transhition

No comments:

Post a Comment

Pages